PENDERITAAN PAHLAWAN YANG PUTUS ASA
KE-TAK KUASAAN MERASAKAN
Hari senin....
hari yang bagi aku sangat tak mudah untuk di lupakan. mendengar do'a yang kalian panjatkan, hati ini merasa merinding secara tiba-tiba. Hal itu tak terjadi hanya 1 kali, namun berkali-kai selagi mereka masih memanjatkan do'a untuk saya dan teman-teman saya.
mungkin kalian akan berfikir-fikir.. sebenarnya apa yang terjadi??
ceritanya berawal dari,anak-anak 9F telah usai mengikuti PORSENI ke-12. Saat itu,kami telah mengerahkan seluruh kekuatan yang kita miliki untuk bertempur dalam perlombaan-perlombaan semasa PORSENI. Dan, alhamdulillah,kami anak-anak 9F di beri hadiah oleh sekolah, karena kita bisa memenangkan beberapa cabang perlombaan yang diadakan saat PORSENI.
Hadiah itu berupa buku sejumlah 100 buah. kami bingung," mau di apakan buku sebanyak ini??". kalaupun di bagi-bagi rata oleh anak-anak kelas,tentunya 1 anak hanya mendapatkan kira-kira 3 buku. karena saat itu kelas 9F hanya berjumlah 27 anak saja. Dan kalupun,di bagi-bagi. pasti buku itu ada yang di gunakan secara baik,dan ada pula yang di gunakan hanya untuk mainan saja (seperti di sobek-sobek dsb.)
Akhirnya, kami memutuskan untuk menyumbangkan saja semua buku-buku yang kita dapat saat itu. seluruh anak-anak setuju.
kemudian kami merencanakan dimana kita kan menyumbangkan buku-buku tersebut. salah satu anak dari kita memberi tahukan tempat yang cocok untuk layak di beri sumbangan. tempat itu adalah "PANTI ASUHAN AL-MUNAWAROH" kedengarannya bagi aku itu kedengarannya membuat aku Eeeehhhh..... dan penasaran.
dan akhirnya pada hari senin kami sepakat untuk mengunjungi panti tersebut.
sesampainya di sana.... kami sangat merasa tertegun sekali. karena saat kami baru tiba tepat di gerbang panti, mereka sudah memandangi kita dengan raut wajah yang penuh tanda tanya. mungkin dalma pikirannya "ini ada apa ya?" (sok tau banget).
Kami langsung mneuju kantor pengasuh panti tersebut, disana kami ngobrol-ngobrol sebentar tentang mengenai sumbangan tersebut.
Kemudian, anak-anak panti di kumpulkan seluruhnya oleh sang pengasuh.
inilah hal yang di tunggu-tunggu oleh kami. acara pembacaan do'a untuk kelas kami yang kebetulan akan menjalani UN (Ujian Nasiaonal). kami meminta do'a agar kami anak-anak 9F khususnya, dapat menjalani Un dengan lancar dan mendapatkan hasil yang memuaskan. serta, lulus dengan nilai yang sukses dan tinggi.
pembacaan do'a-pun dimulai.
dan yang bikin kaget lagi, yang mewakili pembacaan do'a adalah salah satu dari anak panti tersebut. sungguh mengesankan sekali bagi aku dan teman-temanku.
Do'a-pun di mulai. kami sangat khitmat sekali mengikutinya. dengan rasa yang tib merinding dan datang angin yang semilir terasa ber-spoi-spoi. terasa sangat lengkap suasana saat itu. ingin rasanya aku meneteskan aor mata. namun aku tak mau lemah di depan anak-anak panti yang tegar.
pembacaan do'a telah berlalu. aku dan teman-teman meninggalkan tempat tersebut dengan mengucapkan banyak terimakasih sekali kepada anak-anak yatim. tak kalah juga kami menyalami mereka semua satu demi satu.
saat aku keluar dari gerbang panti, tiba-tiba rasanya berubah beda. tak se-nyaman tadi yang aku rasakan.
dan sekarang aku sadar, mereka mampu tegar tanpa orang tua. sedangkan aku yang masih lengkap memiliki orang tua, terkadang selalu mengeluh dan merasa orang tua tidak adil. padahal orang tua cukup-lah adil dengan kita. tapi, kita-lah yang hanya tidak puas dengan apa yang kita miliki. sehingga ingin lebih... lebihh.. dan lebihh.....
maka dari itu,kini aku akan menjaga selalu orang tua-ku selagi mereka masih ada dan aku maish sanggup memberikan kebahagiaan untuk orang tua-ku.. :)
riwayat tantowi ahmad
Tantowi Ahmad (lahir di Banyumas, , 18 Juli 1987; umur 24 tahun) adalah pemain bulu tangkis ganda Campuran Indonesia yang berpasangan dengan Lilyana Natsir.
beberapa kejuaraan yang telah di raih oleh TANTOWI AHMAD (sang pemain bulu tangkis dari Indonesia)
2008
- Perempat final Yonex German Open 2008 (bersama Muhammad Rijal)
- Juara Vietnam GP 2008 (bersama Shendy Puspa Irawati)
] 2009
- Semi final Yonex Sunrise India Open 2009 (bersama Richi Puspita Dili)
- Juara Vietnam International Challenge 2009 (bersama Richi Puspita Dili)
- Semi final New Zealand Open Grand Prix 2009 (bersama Richi Puspita Dili)
- Semi final CHINESE TAIPEI GRAND PRIX GOLD 2009 (bersama Richi Puspita Dili)
- Semi final Yonex-Sunrise Vietnam Open GP 2009 (bersama Richi Puspita Dili)
2010
- Perempat final Yonex-Sunrise Badminton Asia Championships 2010 (bersama Greysia Polii)
- Juara Kumpoo Macau Open Badminton Championships (bersama Lilyana Natsir)
- Runner-Up Chinese Taipei GP Gold (bersama Lilyana Natsir)
- Juara INDONESIA GRAND PRIX GOLD 2010 (bersama Lilyana Natsir)
2011
- Perempat final Victor Korea Open Super Series Premier 2011 (bersama Lilyana Natsir)
- Semi final WILSON Swiss Open Grand Prix Gold 2011 (bersama Lilyana Natsir)
- Juara India Superseries (bersama Lilyana Natsir)
- Juara Malaysia GP Gold (bersama Lilyana Natsir)
- Juara Singapura Superseries (bersama Lilyana Natsir)
- Runner-up Indonesia Open Superseries Premier 2011 (bersama Lilyana Natsir)
- Semi final Yonex BWF World Championships 2011 (bersama Lilyana Natsir)
- Perempat final Bankaltim Indonesia Open GP Gold 2011 (bersama Lilyana Natsir)
foto-foto dan pose-pose TANTOWI AHMAD bersama pasangan mainnya yaitu LILIANA NATSIR saat bertanding
Tantowi Ahmad
YANG TERSISA SAAT TSUNAMI ACEH TERJADI
Sesaat setelah tsunami surut, tak banyak bangunan yang tersisa di sepanjang pantai barat dan utara Aceh, semua tinggal garis-garis bekas pondasi rumah atau sekolah-sekolah, menunjukkan bagaimana kekuatan tsunami yang terjadi, tidak sedikit rekaman video amatir yang beredar di televisi untuk menggambarkan kedahsyatannya.
Namun, di balik luluh-lantaknya wilayah pantai Aceh tersebut, Allah berkehendak lain, Dia masih meninggalkan sedikit pohon dan rumah-Nya guna menjadi peringatan bagi warga Aceh dan manusia pada umumnya.
Di Ulee Lheue, Banda Aceh, Masjid Baiturrahim masih tampak tegar. Bangunan yang berada dekat tepi pantai dan pelabuhan kecil tersebut tetap utuh. Tsunami hanya mampu menjebol pagar dan kaca-kaca masjid tersebut. Daerah sekitar masjid hingga berkilo-kilo meter rata dengan tanah. Di Kampung Cot, Meulaboh, Aceh Barat, hanya masjid Al Hidayah yang menjadi satu-satunya bangunan yang tetap utuh. Menurut imam masjid tersebut, Tengku Usman Bakar, masjid Al-Hidayah sering digunakan untuk pengajian rutin guna menyaingi pesta hura-hura muda-mudi di sepanjang pantai Meulaboh. (Sumber).
Selain kedua tempat ibadah tersebut, masih banyak bangunan serupa yang tidak ikut tersapu tsunami 26 Desember 2004. Entah karena mukjizat atau struktur teknis bangunan yang menjadikan rumah-rumah Allah tetap kokoh meski diterjang ribuan ton kubik air bah, yang jelas hal itu cukup menjadi pelajaran bagi manusia yang masih hidup untuk kembali ke rumah-rumah-Nya. “Ini isyarat bahwa kalau ingin selamat dalam hidup, maka berlindunglah pada Allah di masjid-masjid itu, kembalilah ke masjid,” terang Alyasa Abu Bakar, salah seorang tokoh masyarakat Aceh.
Di samping itu ada juga yang sempat berpikir, “Masjid-masjid di Aceh itu dibangun atas dasar keikhlasan, bukan dari uang hasil korupsi.” Bisa jadi orang itu benar!
Hikmah lain yang bisa dipetik dari Tragedi Tsunami Aceh lima tahun lalu adalah jangan takut terhadap ombak laut, namun takutlah kepada Allah, Penguasa Alam Semesta.
TSUNAMI ACEH 2004
kekuatan mistis gunung merapi
NAMA gunung Merapi sudah cukup populer di telinga masyarakat Indonesia. Sesuatu yang berkaitan keberadaan gunung Merapi kerap dikaitkan dengan hal-hal berbau misteri, di antaranya keberadaan makhluk-makhluk gaib penguasa dan penghuni gunung Merapi. Hal ini tidaklah berlebihan, karena hasil investigasi membuktikan bahwa masyarakat setempat yakin kalau penghuni dan penguasa gunung Merapi memang ada.
Mereka memanggilnya dengan sebutan Eyang Merapi. "Bapak lihat bukit kecil di atas itu? Itu namanya gunung Wutah, gapuranya atau pintu gerbangnya kraton Eyang Merapi". Sebaris kalimat dengan nada bangga itu meluncur begitu saja dari Bangat, seorang penduduk asli Kinahrejo Cangkrinagan Sleman, sesaat setelah kami menapaki sebuah ara tandus berbatu tanpa hiasan pepohonan sebatang pun.
Masyarakat setempat meyakini, kawasan wingit yang diapit oleh dua buah gundukan kecil itu memang dikenal sebagai pelatarannya keraton Eyang Merapi. Untuk naik ke sana, diingatkan agar uluk salam, atau sekadar minta permisi begitu di atasnya. "Kulo nuwun Eyang, kulo ingkang sowan, sumangga silakna rikma niro," imbuh istri Bangat, Suharjiyah, sembari menuntun kami untuk menirukan lafal tersebut.
Tenyu saja, imbauan sepasang suami istri yang tubuhnya kian keriput dimakan usia itu bukan tanpa alasan. Menurutnya, sang penguasa kraton Merapi sangat tersinggung bila ada pendatang baru yang neko-neko (berbuat macam-macam), pethakilan (bertingkah tidak senonoh) tanpa memberi uluk salam (permisi). Hal-hal tersebut jika dilanggar akibatnya akan sangat fatal. "Mereka yang sama sekali tidak mengubris pakem kultur tersebut jelas akibatnya akan fatal, biasanya akan tersesat hingga kecebur jurang," tegas Bangat.
Satu hal yang perlu diingat, setiap pendatang baru di kawasan Kinahrejo niscaya bakal celaka bila sampai menyakiti hati penduduk setempat. "Nantinya bisa-bisa kuwalat jadinya," imbuh Bangat. Sekejam itukah? "Sebenarnya sih enggak. Cuma memang, Eyang Merapi itu nggak suka kalau kampung sini (Kinahrejo, Red) jadi sasaran perbuatan yang nggak terpuji. Masalahnya, warga sini sebetulnyakan masih termasuk rakyatnya kraton Eyang Merapi. Nggak percaya? Coba saja Bapak perhatikan dan tanyakan kepada warga sini, apa pernah wilayah ini terkena semburan lahar panas Merapi? Pasti jawab mereka tidak," terang Bangat.
Ditambahkan, beberapa warga setempat menggambarkan sosok penguasa kraton Merapi dengan makhluk yang menyeramkan, namun berhati mulia dan tidak bermaksud jahat, "Dia adalah pengayom masyarakat setempat," tandas Suharjiyah. Besarnya rasa percaya masyarakat setempat terhadap keberadaan Eyang Merapi membuat mereka yakin bahwa akan hal-hal yang mistis yang terjadi menimpa masyarakat. Misalnya, pintu gerbang kramat, penduduk yang tinggal di lereng gunung Merapi itu percaya bahwa pintu gerbang tersebut penangkal dari segala marabahaya.
Pintu gerbang yang berdiri selama 9 abad itu nyaris pernah tersentuh bencana gunung Merapi. Padahal secara teknis daerah tersebut termasuk daftar daerah bahaya. Hal itu juga tak lepas dari keberadaan dua buah bukit (Wutah dan Kendit) yang berfungsi sebagai benteng desa-desa sekitar Kinahrejo. "Bukit Kendit maupun bukit Wutah itu kan masih masuk dalam wilayah kekuasan Eyang Merapi. Itukan pasebannya (tempat untuk menghadap raja) kraton Eyang Merapi. Jadi nggak mungkin Eyang akan tega membinasakan orang yang memang sudah lama mendiami tempat sekitar itu," Bangat menjelaskan lebih jauh.
Memang, dibandingkan penduduk desa lainnya, nasib penghuni desa Kinahrejo dan sekitarnya termasuk yang beruntung. Selain merupakan desa yang nyaris selalu luput dari ancaman bahaya lahar panas Merapi, desa yang konon termasuk desa kesayangan Eyang Merapi itu juga menjadi sebuah reresentasi dari sebuah suasana kehidupan yang serba nyaman dan tentram.
Tak aneh kalau dikemudian hari kerap muncul sindirin dikalangan penduduk setempat kepada warga diwilayah barat daya gunung Merapi yang kerap jadi langganan bencana lahar. "Kalau ingin hidup tenang tentram, pindahlah kemari. Eyang Merapi kan selalu melindungi kami," ujar Wardiyah, salah seorang warga yang mengaku penduduk asli desa Kinahrejo.
Ucapan Wardiyah tersebut memang ada benarnya. Penduduk desa Kinahrejo seolah telah mendapat garansi dari Eyang Merapi. Pendek kata, selagi mereka patuh terhadap segala peraturan yang ada misalnya selalu mempersembahkan bulu bekti berupa persembahan sesajian serta selalu melakukan ritual labuhan setiap tahunnya, mereka yakin dan optimis bahwa mereka akan senantiasa terhindar dari ancaman letusan Merapi.
sejarah berdirinya kota yogyakarta
Sebulan setelah ditandatanganinya Perjanjian Giyanti tepatnya hari Kamis Pon tanggal 29 Jumadilawal 1680 atau 13 Maret 1755, Sultan Hamengku Buwana I memproklamirkan berdirinya Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dengan ibukota Ngayogyakarta dan memiliki separuh dari wilayah Kerajaan Mataram. Proklamasi ini terjadi di Pesanggrahan Ambarketawang dan dikenal dengan peristiwa Hadeging Nagari Dalem Kasultanan Mataram – Ngayogyakarta. Pada hari Kamis Pon tanggal 3 sura 1681 atau bertepatan dengan tanggal 9 Oktober 1755, Sri Sultan Hamengku Buwana I memerintahkan untuk membangun Kraton Ngayogyakarta di Desa Pacethokan dalam Hutan Beringan yang pada awalnya bernama Garjitawati.