Mengenai Saya

Foto saya
saya itu orangnya bawel. banyak bicara ( ya bisa di umpamakan seperti kereta api). aku senang dengan suasana yang ramai (tapi jangan terlalu ramai). aku juga senang tertawa...

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

PENDERITAAN PAHLAWAN YANG PUTUS ASA


PENDERITAAN PAHLAWAN YANG PUTUS ASA

17 Agustus 1945, hari itu sangat besejarah bagi negeri ini. Gapura-gapura yang di hiasi bendera merah putih. Umbul-umbul merah putih dan atribut-atribut kemerdekaan yang berkibar melambai-lambai menghiasi negeri Indonesia.
Di setiap Kantor Desa, Kecamatan, Kelurahan, RT, dan RW atribut-atribut tersebut meriah di pasang. Dengan penuh rasa gigih dan hati yang membara. Para warga dan pemuda-pemudi bergotong-royong memasang bendera merah-putih,serta atribut-atribut yang berbau kemerdekaan lainnya.

Upacara memperingati hari Kemerdekaan-pun setipa tahun di laksanakan dengan meriah dan dengan penuh rasa patriotisme yang sangat mendalam,serta diikuti seluruh masyarakat indonesia. Para pasukan Paskibraka berdiri tegak dan gigihnya, mengenakan baju berawarna putih-putih yang amat terlihat cerah dan suci serta mengenakan peci hitam yang di beri lambang burung garuda di sebelah kanan peci, dan dengan di iringi Pasukan Drumband. Mereka berbaris rapi tanpa ada yang menceloteh ataupun sekedar bertengak-tengok untuk meluruskan barisan. Tatapan yang penuh kewibawaan, dan pandangan hanya tertuju ke-depan. Di lapangan yang tak kalah di temani oleh teriknya sang mentari.
Lomba lomba tak ketinggalan juga di adakan di tiap Desa,RW,maupun RW, untuk memeriahkan HUT RI. Bagi mereka, lomba-lomba ini-lah saat-saat yang paling di nantikan oleh masyarakat. Karena,selain sebagai hiburan. Juga ada sensasi tersendiri, yaitu mendapatkan hadiah bila menang dalam suatu ajang perlombaan. Maka dari itu, setiap orang berlomba-lomba untuk berusaha menjadi yang terbaik dari saingannya.
Di makam Pahlawan, tempat inilah dimana orang-orang berziarah. Mendo’akan serta mentaburi bunga untuk para pemuda-pemudi pejuang dan pahlawan indonesia yang telah mempertaruhkan nyawa. Jiwa dan raga untuk memepertahankan kemerdekaan negeri ini. Mereka mempertaruhkan nyawanya hanya untuk memperjuangkan negeri ini. Berjuang sampai titik darah penghabisan. Rela mati, dan tersiksa hanya untuk mempertahankan kemerdekaan negeri Indonesia tercinta ini.
Makam yang di penuhi dengan taburan bunga mawar dan melati,yang harum semerbak tertiup angin semilir.
Tak berbeda jauh dengan pemakaman yang berada di desa Pati, Jawa Tengah. Sebuah makam lama yang masih dihiasi dengan bendera merah putih, dan taburan bunga-bunga yang masih segar dan harum.
Semua warga Pati, umumnya sudah tahu bahwa yang menabur bunga dan selalu membacakan do’a di makam seorang pahlawan yang meninggal bunuh diri yang bernama Juanda adalah seorang perempuan yang bernama Nazmah yaitu isterinya dan seorang anak laki-laki yang bernama Panji yaitu anak dari pasangan suami istri Juanda dan Nazmah
Setiap tanggal 17 Agustus,Nazmah dan Panji selalu datang mengunjungi makam juanda, untuk menabur bunga dan membacakan do’a.
“Bagi saya, engkau-lah suami-ku sekaligus sang pejuang yang rela mengorbankan segala-galanya, aku akan selalu mengenang semua kenangan-kenangan kebaikan kau suami tercinta-ku” batin Nazmah, dalam hatinya yang sebenarnya sangat terpukul sekali. Karena, dia tidak bisa melihat mayat Juanda saat meninggal.
“Sudah-lah Bu.... biarkan bapak pergi dengan tenang. Dan Ibu tak usah bersedih. Kan ada Panji yang akan selalu menemani Ibu” hibur Panji, yang sedari tadi memegangi batu nisan makam Bapaknya, dengan memberikan taburan bunga.
Di mata Nazmah dan Panji, Juanda adalah seorang pejuang kemerdekaan yang rela mengorbankan harta, keluarga, bahkan nyawanya untuk memperjuangkan negeri Indonesia tercinta ini. Pada saat merebut dan mempertahankan kemerdekaan, pejuang di Desa Pati hanya menggunakan senjata seadanya, yaitu bambu runcing dan dengan cara mereka masing-masing untuk berperang.
Pejuang melawan tentara penjajah tak sedikit pula yang berjuang sendiri atau berkelompok dengan teman-teman atau saudara, dan ada juga yang bergabung dengan Organisasi Ketentaraan Resmi. Di antaranya adalah Juanda.
*****

Suatu malam, terjadi pertempuran yang sangat dahsyat antara pejuang negeri dengan tentara penjajah. Pertempuran tersebut mengakibatkan timbulnya banyak korban jiwa yang tewas mati tertembak oleh tentara penjajah.
Banyak pemuda-pemuda Indonesia yang menjadi korban penembakan tentara penjajah. Pertempuran tersebut-pun mengakibatkan hilangnya salah satu pahlawan. Dan ternyata pahlawan itu adalah Juanda. Namun, disisi lain orang-orang beranggapan bahwa Juanda telah meninggal dunia. Anggapan tersebut-pun di perkuat.
Ketika pertempuran berlangsung, ada seorang laki-laki yang tewas. Orang-orang kesulitan untuk mengidentifikasi mayat laki-laki tersebut. Karena situasi dan kondisi yang sangat tidak dapat terkendali. Akhirnya, mayat laki-laki tersebut langsung di makamkan di TPU di Desa Pati, oleh para masyarkat setempat.

Usai pertempuran terjadi, barulah di ketahui bahwa ada salah seorang pejuang yang hilang entah kemana. Ia bernama Juanda.
Cerita-pun di sambungkan, dengan segera orang-orang berkesimpulan bahwa. Mayat laki-laki yang di makamkan di TPU yang berada di Desa Pati itu adalah mayat pejuang yang bernama Juanda.
Berita hilangnya Juanda akhirnya sampai ke telinga Nazmah. Setelah mendengar keterangan ini-itu. Nazmah sepakat, juga dengan keluarganya. Untuk mengakui bahwa Juanda telah meninggal dunia sebagia seorang pejuang.
Mereka yakin, bahwa makam yang ada di TPU yang berada di Desa Pati tadi adalah benar makam Juanda.
*****


Seperti biasanya. Setiap pagi sekitar pukul 09.30 WIB, pada tanggal 17 Agustus. Sebuah makam di ziarahi oleh seorang wanita dan anak laki-laki. Yaitu Nazmah dan Panji.
Pada setiap tahunnya, mereka berdua selalu menabur bunga. Di atas makam Juanda, tidak lupa di tancapkan bendera merah putih. Kemudian mereka mengangkat tangan dan berdoa ke pada sang Maha Pencipta.
“Semoga Mas Juanda di terima di sisi-Nya, kami rela di tinggal Mas, karena Mas Juanda telah berjuang untuk bangsa dan negara” kata Nazmah dengan khusyuknya ber-do’a.
“Pak,ini Panji anak bapak. Semoga jiwa juang bapak tertanam di hati Panji. Aminnn....” timpal panji tak kalah khusyuknya.
Tetapi,sebetulnya mereka tidak tahu. Bahwa dari kejauhan ada seorang laki-laki yang telah memperhatikan mereka, di balik batu besar yang sisinya rimbun dengan rerumputan yang amat lebat dan tinggi. Ada seorang laki-laki yang selalu memperhatikan keduanya ketika sedang berziarah ke makam tersebut. Namun, Nazmah dan Panji tidak melihat orang laki-laki tersebut. Mereka hanya tertuju pada mkam yang kini berada di depannya, dengan khusyuknya ber-doa.
Sebenarnya, orang laki-laki yang berada di balik batu tersebut adalah Juanda, dia masih hidup. Saat pertempuran terjadi, di hanya bersembunyi di tengah hutan untuk menyelamatkan diri dari serangan tentara penjajah. Namun, dengan keadaan fisik yang sudah cacat. Dia malu untuk menampakan dirinya serta menemui istri dan anaknya. Kaki sebelah kanan yang buntung,muka yang cacat, dan tangan kiri tak utuh. Selayaknya manusia yang sudah tak sempurna. Yang tak memiliki kaki yang lengkap, muka yang tak cacat, dan tangan yang masuh lengkap, utuh, dan normal.
Semua itu di sebabkan karena Juanda terkena ledakan ranjau yang ia injak di tengah hutan pada saat menyelamatkan diri dari petempuran melawan tentara penjajah waktu itu.
Dengan keadaan seperti ini, membuat Juanda takut dan minder untuk menemui keluarganya, ia takut tak di terima kembali dia menjadi stres, frustasi dengan keadaannya yang sekarang. Dengan keadaan tubuh yang sudah tak sempurna lagi.
“Aku ingin menemui istri dan anakku Panji. Tetapi,apakah mereka masih bisa menerimaku dengan keadaan yang sekarang ini?” harap Juanda, yang tanpa ia sadari air matanya yang telah menetes.
“Pejuang macam apa aku ini? Pejuang yang tak bisa mempertaruhkan jiwa dan ragaku untuk negeri tercintaku ini” sesal Juanda sambil memukuli kepalanya sendiri dengan tangan kanannya yang masih utuh.
“Jadi, buat apa aku hidup di dunia ini dengan setatus mamnusia yang tak sempurna. Yang tak memiliki organ tubuh yang lengkap.. BUAT APA AKU HIDUP, TAK ADA GUNANYA LAGI.... LEBIH BAIK AKU MATI SAJA !!” ia berteriak dengan kersanya, hingga otot-otot yang ada di lehernya terlihat dengan jelas.
Sampai pada suatu hari, Juanda mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Terjun dari atas jurang, dan tubuhnya terhempas ke sungai. Semua itu terjadi, karena dia tak sanggup lagi menahan beban penderitaan selama hidupnya.
Mayatnya di temukan oleh seorang warga desa, berita ini telah heboh di Desa tersebut. Karena ditemukannya sesosok mayat yang terapung di sungai. Mereka semua sangat kesulitan mengenali wajah mayat tersebut, dan sangat sulit untuk mengenali fisiknya. Juga karena, telah hancur rata-rata bentuk wajahnya. Kejadia itu sangat menghebohkan masyarakat desa tersebut, termasuk juga Nazmah.
Para warga desa tersebut berbondong-bondong mendatangi mayat laki-laki tersebut untuk menyaksikan, karena penasaran, Nazmah pun ikut mendatanginya, hatinya merasa berbeda saat mendengar pengumuman dari warga desa. Ia merasa bahwa jiwanya di panggil untuk pergi melihat mayat tersebut. Dengan perasaan was-was dia lari menuju ke tempat mayat tersebut di temukan bersama anak laki-lakinya yaitu Panji.
Sesampainya di sana dia kaget melihat kondisi fisik laki-laki tersebut. Tetapi yang lebih membuat dia sock adalah, melihat cincin yang melingkar di jari telunjuk tangan kanan laki-laki itu. Cincin itu adalah, cincin pernikahan keduanya. Dia menangis histeris, saat mengetahui bahwa orang yang meninggal tersebut adalah Juanda suaminya. Jadi selama, bertahun-tahun dia berziarah ke makam yang di kira suaminya, ternyata salah. Makam tersebut bukan makam Juanda. Makam laki-laki yang terbunuh pada saat perang sambil mendekap Panji yaitu anak laki-lakinya
“Ya Allah...kenapa Engkau baru pertemukan diriku dengan suamiku ? Mengapa tidak dari dulu ya Allah....
“Benar, perasaan-ku tak bisa di bohongi. Hamba merasa, makam yang ada di Pati itu bukanlah makam suamiku” perasaan campur aduk yang Nazmah rasakan saat itu.
Akhirnya, mayat tersebut di bawa oleh warga, pulang ke rumah Nazmah. Di sana mayat tersebut di sucikan dan di shalati. Dan akhirnya di makamkan.
Perasaan Nazmah dan anaknya sangat sedih. Tetapi dia harus bersyukur masih di pertemukan dengan suami dan Bapak dari Panji. Nazmah mengambil semua hikmah yang ada dalam peristiwa atau kejadian tersebut.
Dan akhirnya dia mengerti apa yang direncanakan Tuhan selama ini adalah yang terbaik untuk dirinya. Nazmah dia ingin bahwa dosa-dosa suaminya selama masih hidup. Bisa di ampuni oleh Allah. Serta segala amal ibadah selama hidup-nya bisa di terima baik di sisi sang maha pencipta.



*****SEKIAN*****

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

KE-TAK KUASAAN MERASAKAN

Hari senin....
hari yang bagi aku sangat tak mudah untuk di lupakan. mendengar do'a yang kalian panjatkan, hati ini merasa merinding secara tiba-tiba. Hal itu tak terjadi hanya 1 kali, namun berkali-kai selagi mereka masih memanjatkan do'a untuk saya dan teman-teman saya.
mungkin kalian akan berfikir-fikir.. sebenarnya apa yang terjadi??


ceritanya berawal dari,anak-anak 9F telah usai mengikuti PORSENI ke-12. Saat itu,kami telah mengerahkan seluruh kekuatan yang kita miliki untuk bertempur dalam perlombaan-perlombaan semasa PORSENI. Dan, alhamdulillah,kami anak-anak 9F di beri hadiah oleh sekolah, karena kita bisa memenangkan beberapa cabang perlombaan yang diadakan saat PORSENI.
   Hadiah itu berupa buku sejumlah 100 buah. kami bingung," mau di apakan buku sebanyak ini??". kalaupun di bagi-bagi rata oleh anak-anak kelas,tentunya 1 anak hanya mendapatkan kira-kira 3 buku. karena saat itu kelas 9F hanya berjumlah 27 anak saja. Dan kalupun,di bagi-bagi. pasti buku itu ada yang di gunakan secara baik,dan ada pula yang di gunakan hanya untuk mainan saja (seperti di sobek-sobek dsb.)
   Akhirnya, kami memutuskan untuk menyumbangkan saja semua buku-buku yang kita dapat saat itu. seluruh anak-anak setuju.
kemudian kami merencanakan dimana kita kan menyumbangkan buku-buku tersebut. salah satu anak dari kita memberi tahukan tempat yang cocok untuk layak di beri sumbangan. tempat itu adalah "PANTI ASUHAN AL-MUNAWAROH" kedengarannya bagi aku itu kedengarannya membuat aku Eeeehhhh..... dan penasaran.
   dan akhirnya pada hari senin kami sepakat untuk mengunjungi panti tersebut.
sesampainya di sana.... kami sangat merasa tertegun sekali. karena saat kami baru tiba tepat di gerbang panti, mereka sudah memandangi kita dengan raut wajah yang penuh tanda tanya. mungkin dalma pikirannya "ini ada apa ya?" (sok tau banget).
   Kami langsung mneuju kantor pengasuh panti tersebut, disana kami ngobrol-ngobrol sebentar tentang mengenai sumbangan tersebut.
   Kemudian, anak-anak panti di kumpulkan seluruhnya oleh sang pengasuh.
inilah hal yang di tunggu-tunggu oleh kami. acara pembacaan do'a untuk kelas kami yang kebetulan akan menjalani UN (Ujian Nasiaonal). kami meminta do'a agar kami anak-anak 9F khususnya, dapat menjalani Un dengan lancar dan mendapatkan hasil yang memuaskan. serta, lulus dengan nilai yang sukses dan tinggi.

  pembacaan do'a-pun dimulai.
dan yang bikin kaget lagi, yang mewakili pembacaan do'a adalah salah satu dari anak panti tersebut. sungguh mengesankan sekali bagi aku dan teman-temanku.
Do'a-pun di mulai. kami sangat khitmat sekali mengikutinya. dengan rasa yang tib merinding dan datang angin yang semilir terasa ber-spoi-spoi. terasa sangat lengkap suasana saat itu. ingin rasanya aku meneteskan aor mata. namun aku tak mau lemah di depan anak-anak panti yang tegar.
   pembacaan do'a telah berlalu. aku dan teman-teman meninggalkan tempat tersebut dengan mengucapkan banyak terimakasih sekali kepada anak-anak yatim. tak kalah juga kami menyalami mereka semua satu demi satu.
saat  aku keluar dari gerbang panti, tiba-tiba rasanya berubah beda. tak se-nyaman tadi yang aku rasakan.

dan sekarang aku sadar, mereka mampu tegar tanpa orang tua. sedangkan aku yang masih lengkap memiliki orang tua, terkadang selalu mengeluh dan merasa orang tua tidak adil. padahal orang tua cukup-lah adil dengan kita. tapi, kita-lah yang hanya tidak puas dengan apa yang kita miliki. sehingga ingin lebih... lebihh.. dan lebihh.....
maka dari itu,kini aku akan menjaga selalu orang tua-ku selagi mereka masih ada dan aku maish sanggup memberikan kebahagiaan untuk orang tua-ku.. :)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

























  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

riwayat tantowi ahmad

Tantowi Ahmad (lahir di Banyumas, , 18 Juli 1987; umur 24 tahun) adalah pemain bulu tangkis ganda Campuran Indonesia yang berpasangan dengan Lilyana Natsir.

beberapa kejuaraan yang telah di raih oleh TANTOWI AHMAD (sang pemain bulu tangkis dari Indonesia)



2008

] 2009

  • Semi final Yonex Sunrise India Open 2009 (bersama Richi Puspita Dili)
  • Juara Vietnam International Challenge 2009 (bersama Richi Puspita Dili)
  • Semi final New Zealand Open Grand Prix 2009 (bersama Richi Puspita Dili)
  • Semi final CHINESE TAIPEI GRAND PRIX GOLD 2009 (bersama Richi Puspita Dili)
  • Semi final Yonex-Sunrise Vietnam Open GP 2009 (bersama Richi Puspita Dili)

2010

  • Perempat final Yonex-Sunrise Badminton Asia Championships 2010 (bersama Greysia Polii)
  • Juara Kumpoo Macau Open Badminton Championships (bersama Lilyana Natsir)
  • Runner-Up Chinese Taipei GP Gold (bersama Lilyana Natsir)
  • Juara INDONESIA GRAND PRIX GOLD 2010 (bersama Lilyana Natsir)

2011

  • Perempat final Victor Korea Open Super Series Premier 2011 (bersama Lilyana Natsir)
  • Semi final WILSON Swiss Open Grand Prix Gold 2011 (bersama Lilyana Natsir)
  • Juara India Superseries (bersama Lilyana Natsir)
  • Juara Malaysia GP Gold (bersama Lilyana Natsir)
  • Juara Singapura Superseries (bersama Lilyana Natsir)
  • Runner-up Indonesia Open Superseries Premier 2011 (bersama Lilyana Natsir)
  • Semi final Yonex BWF World Championships 2011 (bersama Lilyana Natsir)
  • Perempat final Bankaltim Indonesia Open GP Gold 2011 (bersama Lilyana Natsir)

foto-foto dan pose-pose TANTOWI AHMAD bersama pasangan mainnya yaitu LILIANA NATSIR saat bertanding
Tantowi Ahmad
Tantowi Ahmad.jpg

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

YANG TERSISA SAAT TSUNAMI ACEH TERJADI


masjid pasca tsunami Aceh 2004
Hari ini televisi-televisi nasional menyiarkan peringatan lima tahun Tragedi Tsunami Aceh. Lima tahun lalu, 26 Desember 2004 bencana terbesar yang pernah melanda Indonesia benar-benar mengguncang dunia. Gempa besar dengan skala 8,9 SR disusul tsunami dahsyat menyapu bersih pantai-pantai Aceh, sebagian Sumatera Utara, bahkan hingga ke Somalia di benua Afrika yang berjarak ribuan kilometer dari pusat gempa di sebelah barat Provinsi Aceh.
Sesaat setelah tsunami surut, tak banyak bangunan yang tersisa di sepanjang pantai barat dan utara Aceh, semua tinggal garis-garis bekas pondasi rumah atau sekolah-sekolah, menunjukkan bagaimana kekuatan tsunami yang terjadi, tidak sedikit rekaman video amatir yang beredar di televisi untuk menggambarkan kedahsyatannya.

salah satu masjid di meulaboh
Namun, di balik luluh-lantaknya wilayah pantai Aceh tersebut, Allah berkehendak lain, Dia masih meninggalkan sedikit pohon dan rumah-Nya guna menjadi peringatan bagi warga Aceh dan manusia pada umumnya.
Di Ulee Lheue, Banda Aceh, Masjid Baiturrahim masih tampak tegar. Bangunan yang berada dekat tepi pantai dan pelabuhan kecil tersebut tetap utuh. Tsunami hanya mampu menjebol pagar dan kaca-kaca masjid tersebut. Daerah sekitar masjid hingga berkilo-kilo meter rata dengan tanah. Di Kampung Cot, Meulaboh, Aceh Barat, hanya masjid Al Hidayah yang menjadi satu-satunya bangunan yang tetap utuh. Menurut imam masjid tersebut, Tengku Usman Bakar, masjid Al-Hidayah sering digunakan untuk pengajian rutin guna menyaingi pesta hura-hura muda-mudi di sepanjang pantai Meulaboh. (Sumber).
Selain kedua tempat ibadah tersebut, masih banyak bangunan serupa yang tidak ikut tersapu tsunami 26 Desember 2004. Entah karena mukjizat atau struktur teknis bangunan yang menjadikan rumah-rumah Allah tetap kokoh meski diterjang ribuan ton kubik air bah, yang jelas hal itu cukup menjadi pelajaran bagi manusia yang masih hidup untuk kembali ke rumah-rumah-Nya. “Ini isyarat bahwa kalau ingin selamat dalam hidup, maka berlindunglah pada Allah di masjid-masjid itu, kembalilah ke masjid,” terang Alyasa Abu Bakar, salah seorang tokoh masyarakat Aceh.
masjid yang utuh pasca tsunami besar 2004
masjid yang utuh pasca tsunami besar 2004
Di samping itu ada juga yang sempat berpikir, “Masjid-masjid di Aceh itu dibangun atas dasar keikhlasan, bukan dari uang hasil korupsi.” Bisa jadi orang itu benar!
Hikmah lain yang bisa dipetik dari Tragedi Tsunami Aceh lima tahun lalu adalah jangan takut terhadap ombak laut, namun takutlah kepada Allah, Penguasa Alam Semesta.


TSUNAMI ACEH 2004



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

kekuatan mistis gunung merapi

NAMA gunung Merapi sudah cukup populer di telinga masyarakat Indonesia. Sesuatu yang berkaitan keberadaan gunung Merapi kerap dikaitkan dengan hal-hal berbau misteri, di antaranya keberadaan makhluk-makhluk gaib penguasa dan penghuni gunung Merapi. Hal ini tidaklah berlebihan, karena hasil investigasi membuktikan bahwa masyarakat setempat yakin kalau penghuni dan penguasa gunung Merapi memang ada.
Mereka memanggilnya dengan sebutan Eyang Merapi. "Bapak lihat bukit kecil di atas itu? Itu namanya gunung Wutah, gapuranya atau pintu gerbangnya kraton Eyang Merapi". Sebaris kalimat dengan nada bangga itu meluncur begitu saja dari Bangat, seorang penduduk asli Kinahrejo Cangkrinagan Sleman, sesaat setelah kami menapaki sebuah ara tandus berbatu tanpa hiasan pepohonan sebatang pun.
Masyarakat setempat meyakini, kawasan wingit yang diapit oleh dua buah gundukan kecil itu memang dikenal sebagai pelatarannya keraton Eyang Merapi. Untuk naik ke sana, diingatkan agar uluk salam, atau sekadar minta permisi begitu di atasnya. "Kulo nuwun Eyang, kulo ingkang sowan, sumangga silakna rikma niro," imbuh istri Bangat, Suharjiyah, sembari menuntun kami untuk menirukan lafal tersebut.
Tenyu saja, imbauan sepasang suami istri yang tubuhnya kian keriput dimakan usia itu bukan tanpa alasan. Menurutnya, sang penguasa kraton Merapi sangat tersinggung bila ada pendatang baru yang neko-neko (berbuat macam-macam), pethakilan (bertingkah tidak senonoh) tanpa memberi uluk salam (permisi). Hal-hal tersebut jika dilanggar akibatnya akan sangat fatal. "Mereka yang sama sekali tidak mengubris pakem kultur tersebut jelas akibatnya akan fatal, biasanya akan tersesat hingga kecebur jurang," tegas Bangat.
Satu hal yang perlu diingat, setiap pendatang baru di kawasan Kinahrejo niscaya bakal celaka bila sampai menyakiti hati penduduk setempat. "Nantinya bisa-bisa kuwalat jadinya," imbuh Bangat. Sekejam itukah? "Sebenarnya sih enggak. Cuma memang, Eyang Merapi itu nggak suka kalau kampung sini (Kinahrejo, Red) jadi sasaran perbuatan yang nggak terpuji. Masalahnya, warga sini sebetulnyakan masih termasuk rakyatnya kraton Eyang Merapi. Nggak percaya? Coba saja Bapak perhatikan dan tanyakan kepada warga sini, apa pernah wilayah ini terkena semburan lahar panas Merapi? Pasti jawab mereka tidak," terang Bangat.
Ditambahkan, beberapa warga setempat menggambarkan sosok penguasa kraton Merapi dengan makhluk yang menyeramkan, namun berhati mulia dan tidak bermaksud jahat, "Dia adalah pengayom masyarakat setempat," tandas Suharjiyah. Besarnya rasa percaya masyarakat setempat terhadap keberadaan Eyang Merapi membuat mereka yakin bahwa akan hal-hal yang mistis yang terjadi menimpa masyarakat. Misalnya, pintu gerbang kramat, penduduk yang tinggal di lereng gunung Merapi itu percaya bahwa pintu gerbang tersebut penangkal dari segala marabahaya.
Pintu gerbang yang berdiri selama 9 abad itu nyaris pernah tersentuh bencana gunung Merapi. Padahal secara teknis daerah tersebut termasuk daftar daerah bahaya. Hal itu juga tak lepas dari keberadaan dua buah bukit (Wutah dan Kendit) yang berfungsi sebagai benteng desa-desa sekitar Kinahrejo. "Bukit Kendit maupun bukit Wutah itu kan masih masuk dalam wilayah kekuasan Eyang Merapi. Itukan pasebannya (tempat untuk menghadap raja) kraton Eyang Merapi. Jadi nggak mungkin Eyang akan tega membinasakan orang yang memang sudah lama mendiami tempat sekitar itu," Bangat menjelaskan lebih jauh.
Memang, dibandingkan penduduk desa lainnya, nasib penghuni desa Kinahrejo dan sekitarnya termasuk yang beruntung. Selain merupakan desa yang nyaris selalu luput dari ancaman bahaya lahar panas Merapi, desa yang konon termasuk desa kesayangan Eyang Merapi itu juga menjadi sebuah reresentasi dari sebuah suasana kehidupan yang serba nyaman dan tentram.
Tak aneh kalau dikemudian hari kerap muncul sindirin dikalangan penduduk setempat kepada warga diwilayah barat daya gunung Merapi yang kerap jadi langganan bencana lahar. "Kalau ingin hidup tenang tentram, pindahlah kemari. Eyang Merapi kan selalu melindungi kami," ujar Wardiyah, salah seorang warga yang mengaku penduduk asli desa Kinahrejo.
Ucapan Wardiyah tersebut memang ada benarnya. Penduduk desa Kinahrejo seolah telah mendapat garansi dari Eyang Merapi. Pendek kata, selagi mereka patuh terhadap segala peraturan yang ada misalnya selalu mempersembahkan bulu bekti berupa persembahan sesajian serta selalu melakukan ritual labuhan setiap tahunnya, mereka yakin dan optimis bahwa mereka akan senantiasa terhindar dari ancaman letusan Merapi.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

sejarah berdirinya kota yogyakarta

SEJARAH BERDIRINYA KOTA YOGYAKARTA
Hit: 11217
SEJARAH BERDIRINYA KOTA YOGYAKARTA
Keberadaan Kota Yogyakarta tidak bisa lepas dari keberadaan Kasultanan Yogyakarta. Pangeran Mangkubumi yang memperjuangkan kedaulatan Kerajaan Mataram dari pengaruh Belanda, merupakan adik dari Sunan Paku Buwana II. Setelah melalui perjuangan yang panjang, pada hari Kamis Kliwon tanggal 29 Rabiulakhir 1680 atau bertepatan dengan 13 Februari 1755, Pangeran Mangkubumi yang telah bergelar Susuhunan Kabanaran menandatangani Perjanjian Giyanti atau sering disebut dengan Palihan Nagari . Palihan Nagari inilah yang menjadi titik awal keberadaan Kasultanan Yogyakarta. Pada saat itulah Susuhunan Kabanaran kemudian bergelar Sri Sultan Hamengku Buwana Senopati Ing Ngalaga Abdurrahman Sayidin Panatagama Kalifatullah Ingkang Jumeneng Kaping I. Setelah Perjanjian Giyanti ini, Sri Sultan Hamengku Buwana mesanggrah di Ambarketawang sambil menunggui pembangunan fisik kraton.
Sebulan setelah ditandatanganinya Perjanjian Giyanti tepatnya hari Kamis Pon tanggal 29 Jumadilawal 1680 atau 13 Maret 1755, Sultan Hamengku Buwana I memproklamirkan berdirinya Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dengan ibukota Ngayogyakarta dan memiliki separuh dari wilayah Kerajaan Mataram. Proklamasi ini terjadi di Pesanggrahan Ambarketawang dan dikenal dengan peristiwa Hadeging Nagari Dalem Kasultanan Mataram – Ngayogyakarta. Pada hari Kamis Pon tanggal 3 sura 1681 atau bertepatan dengan tanggal 9 Oktober 1755, Sri Sultan Hamengku Buwana I memerintahkan untuk membangun Kraton Ngayogyakarta di Desa Pacethokan dalam Hutan Beringan yang pada awalnya bernama Garjitawati.
Pembangunan ibu kota Kasultanan Yogyakarta ini membutuhkan waktu satu tahun. Pada hari Kamis pahing tanggal 13 Sura 1682 bertepatan dengan 7 Oktober 1756, Sri Sultan Hamengku Buwana I beserta keluarganya pindah atau boyongan dari Pesanggrahan Ambarketawan masuk ke dalam Kraton Ngayogyakarta. Peristiwa perpindahan ini ditandai dengan candra sengkala memet Dwi Naga Rasa Tunggal berupa dua ekor naga yang kedua ekornya saling melilit dan diukirkan di atas banon/renteng kelir baturana Kagungan Dalem Regol Kemagangan dan Regol Gadhung Mlathi. Momentum kepindahan inilah yang dipakai sebagai dasar penentuan Hari Jadi Kota Yogyakarta karena mulai saat itu berbagai macam sarana dan bangunan pendukung untuk mewadahi aktivitas pemerintahan baik kegiatan sosial, politik, ekonomi, budaya maupun tempat tinggal mulai dibangun secara bertahap. Berdasarkan itu semua maka Hari Jadi Kota Yogyakarta ditentukan pada tanggal 7 Oktober 2009 dan dikuatkan dengan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 6 Tahun 2004.
 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS